Addie, Pejuang Buruh dan Hak Pilih Perempuan

 

Image

 

Perempuan Pelita

Edisi 12 September 2013

 Sahabat Marsinah, bila di masa sekarang ini kita sebagai perempuan punya hak memilih dan dipilih dalam setiap pemilihan umum atau pilkada maka kita layak berterimakasih pada para aktivis perempuan dunia yang gigih memperjuangkannya. Seperti biasa, saya, Dias/Memey menemani sahabat marsinah di rubrik Perempuan Pelita setiap kamis jam 7 sampai 8 malam hanya di marsinah 106 fm. Kali ini kita akan berkenalan dengan salah satu aktivis buruh dan perempuan utamanya perempuan kulit hitam yang getol berjuang untuk buruh dan perempuan. Semoga bisa menyemangati kita dalam setiap langkah hidup kita. Siapakah dia dan bagaimana kisahnya? Kita ikuti setelah satu tembang manis berikut ini (iklan dan lagu)

Lahir di Brookhaven, Amerika Serikat, pada tahun 1924, Addie Cameron tumbuh dan bekerja sebagai buruh pada tahun 1941. Selain ditindas sebagai buruh, ia juga didiskriminasikan sebagai perempuan kulit hitam. Perempuan kulit hitam statusnya lebih rendah dari lelaki dan perempuan kulit putih serta lelaki kulit hitam, termasuk dalam hal mendapatkan pekerjaan.

Di masa depresi ekonomi, sekitar tahun 1930an, keluarganya pun pindah ke Chicago guna mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, mereka kemudian menemukan bahwa kesempatan tersebut hanyalah ilusi. Tidak pernah ada kehidupan lebih baik bagi warga kulit hitam; kerja yang menakutkan; bayaran yang rendah, dan tempat tinggal yang mahal. Ayahnya bahkan harus bekerja sangat keras untuk upah yang sangat minim, akibatnya ayahnya tak punya waktu bersama keluarga. Addie, sebagai anak perempuan tertua, harus menjaga dan merawat adik-adiknya yang berjumlah 8 orang ketika kedua orang tuanya bekerja.

Addie sempat berujar bahwa kerja keras keluarganya, addie bahkan sempat berpikir bahwa dirinya harus melakukan sesuatu agar hidupnya menjadi lebih baik. Akhirnya iapun mulai bekerja di usianya yang masih sangat belia. “Perubahan harus datang bila kami mau bertahan hidup”, katanya.

Setelah lulus sekolah menengah atas, ia kemudian menikah dengan Charles Wyatt, seorang petugas keuangan pos. Dari pernikahannya ini, ia dianugerahi dua anak. Di usianya yang masih 17 tahun, ia harus menjadi ibu sekaligus buruh dengan waktu penuh.

Ia melamar pekerjaan sebagai juru ketik di sebuah perusahaan pengepakan daging. Meski ia sudah lolos tes masuk kerja, ia malah disuruh mengemas daging rebus dalam kaleng. Armour tidak mempekerjakan orang kulit hitam di kantor. Singkat kata, orang kulit hitam, harus menjadi buruh kasar.

Addie terpaksa menerima pekerjaan tersebut setelah berlatih melakukannya, alhasil ia lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di ruang packing dalam seminggu dari pada di ruang kantor sebagai juru ketik. Ini merupakan hasil perundingan antara perusahaan dan Serikat Buruh Packing Amerika. Tanpa perundingan ini, Addie semestinya tidak boleh bekerja sebagai juru ketik.

Sahabat marsinah itu tadi sepenggal kisah Addie. Menarik ya, kita akan ikuti lagi kisah hidupnya setelah lagu asik berikut ini. masih bersama saya, Dias di Perempuan Pelita, marsinah 106 fm.

Berdasarkan pengalaman juang itulah, ia bergabung ke UPWA (Serikat Buruh Packing Amerika) setelah memahami bahwa serikat tersebut tidak mendiskriminasikan orang kulit hitam. Ketika sedang menghadiri konferensi UPWA di awal tahun 1950an, Addie sangat senang menemukan orang kulit hitam, kulit putih, Spanyol baik lelaki maupun perempuan, tua, muda bertemu bersama dalam satu forum membicarakan persoalan bersama.  Pimpinan serikatnya, menurut Addie mendorong perempuan dan buruh kulit hitam untuk mengambil peran kepemimpinan. Itu tercermin dalam rekomendasi organisasi supaya ada upaya mencari calon wakil presiden perempuan serikat di daerahnya.

Addie, yang juga aktif di gereja dan komunitasnya, akhirnya terpilih sebagai wakil presiden di daerahnya. Dalam beberapa bulan, presiden lokal mengundurkan diri dan ia pun menjadi perempuan kulit hitam pertama yang menjadi pimpinan serikat buruh Amerika.

Namun, ketika bernegosiasi dengan manajemen, Addie sering kali menemukan dirinya harus bertarung untuk tiga kelompok sekaligus, yakni untuk orang kulit hitam, dan buruh dan perempuan. Meski banyak tantangan, Addie berhasil di meja perundingan dan kesetaraan ras di Chicago dan sekitarnya.

Pada tahun 1955, Addie menjadi aktivis full time di UPWA, mewakili buruh di 5 negara bagian.  Berbagai prestasipun diraihnya, Addie dan serikatnya bahkan mampu memenangkan hak atas “upah yang sama untuk pekerjaan yang sama” sebelum UU Upah Setara disahkan pada tahun 1963, ia juga mendapat penghargaan dari Serikat Pekerja Komersial dan Pangan,yang merupakan penerus UPWA.

Tak hanya aktiv berjuang untuk buruh dan kulit hitam, Addie juga aktif dalam perjuangan perempuan. Ya, perjuangan memang tak bisa dibatasi apalagi bila adalah bagian di dalamnya. Bagaimana kisahnya, kita ikuti yuk, setelah yang satu ini (lagu dan iklan)

Dengan peran penting yang dimainkannya, UPWA juga terlibat di gerakan hak pilih. Ia membantu menggalang dana untuk mendukung aksi boikot bus Montgomery pada tahun 1956. Aksi itu adalah aksi penolakan atas diskriminasi kulit hitam untuk menggunakan alat transportasi. Peristiwa boikot ini dipicu oleh penolakan terhadap seorang kulit hitam yang mau naik bus khusus bagi warga kulit putih. Addie juga aktif sebagai penasihat Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan

Pada tahun 1960an Addie terpilih sebagai direktur departemen Perempuan dan Hak Asasi Manusia untuk UPWA dan di serikat buruh pemotong daging (serikat tempat UPWA bergabung pada tahun 1968).

Kerja Addie menarik perhatian Ibu Negara Eleanor Roosevelt, yang mengepalai Komisi Perempuan Amerika Serikat yagn dibentuk oleh President John F Kennedy pada tahun 1961. Eleanor Roosevelt memilih Addie untuk menjadi anggota komite buruh legislatif. Addie kemudian bekerja untuk ikut merumuskan UU Upah Setara 1963 yang mengurangi perbedaan upah antara lelaki dan perempuan.

Addie juga membantu perempuan baik di tempat kerja maupun di publik. Komisi Presiden harus mempertemukan seluruh pimpinan perempuan untuk duduk bersama dan menghubungkan mereka untuk membentuk formasi Organisasi Nasional untuk Permepuan di tahun 1966, tekanan terhadap amandemen Hak Setara selama 1970an dan kebijakan legislatif lainnya sebagai upaya memberantas diskriminasi gender.

Setelahnya, pada tahun 1960an, Addie menghabiskan banyak energinya untuk gerakan hak sipil, mengorganisir dukungan akar rumput di Chicago, berpartisipasi aksi massa bersejarah di Washington, dan aksi massa bersejarah lainnya dari Selma ke Montgomery, dengan Dr. Martin Luther King. Addie pernah dipenjara di Selma karena terlibat dalam aksi massa menuntut hak pilih kulit hitam pada tahun 1965. Ia pun terlibat dalam pengorganisiran kampanye wakil dewan yang adil di Chicago.

Luar biasa kiprah perempuan kulit hitam satu ini ya sahabat marsinah. Perjuangannya tidak main-main, penjara bukan penghalang. Karena itu ia terus berjuang hingga kemenangan diraih.

Memasuki tahun 1970an, Addie fokus membangun gerakan serikat buruh terutama bagi kelompok minoritas.

Pada tahun 1972, ia mulai mendirikan Koalisi Serikat Buruh Kulit Hitam, yang dibentuk untuk memastikan buruh kulit hitam mendapatkan porsi sama dalam kepemimpinan gerakan buruh di setiap tingkat. Sebagai komite Nasional Perempuan, Addie membantu meyakinkan serikat buruh yang berafiliasi untuk membuka ruang kepemimpinan bagi perempuan.

Dua tahun kemudian, Addie juga membantu terbentuknya Koalisi Serikat Buruh Perempuan untuk menyuarakan suara buruh perempuan secara efektif dalam gerakan buruh.

Upayanya bukan tanpa hasil, pada tahun 1975, majalah Time memberikan penghargaan kepadanya sebagai salah satu Perempuan tahun itu yang sanggup berbicara secara efektif melawan diskriminasi ras dan seksual dalam hal pekerjaan, promosi karir dan upah. Foto Addie terpampang di cover majalah Time bersanding dengan Ibu Negara Betty Ford, petenis hebat Billie Jean King dan Rep serta Barbara Jordan,salah satu perempuan kulit hitam pertama yang terpilih masuk di Kongres.

Pada tahun 1979, Addie menjadi wakil presiden Pekerja Makanan dan Komersial, yang membuatnya sebagai perempuan Afrika Amerika pertama yang menempati posisi kepemimpinan utama di sebuah serikat buruh internasional.

Pada akhirnya, Addie harus pensiun dari kerja serikat buruh pada tahun 1984 dan menjadi Menteri full time di Gereja Tuhan Taman Vernon, yang ia dirikan bersama suaminya di Chicago. Ia juga masih aktif di banyak komunitas, ia dikenal baik di komunitas organiser kaum muda ia berkonsultasi padanya. Barack Obama menyebutnya sebagai “Pemenang pejuang kesetaraan bagi buruh Amerika”

Tinggalkan komentar